Telukpersia – Azerbaijan negara toleransi kehidupan beragama. Sebagaimana kita ketahui, Azerbaijan merupakan bagian negara Kaukakus di antara Eropa dan Asia Barat. Jatuhnya Uni Soviet dan runtuhnya ideologi komunis telah sangat memperngaruhi kehidupan di Azerbaijan.
Selama bertahun-tahun sejak merdeka, penduduk Azerbaijan telah mencoba untuk pulih dari tujuh dekade totaliterisme serta menjauh dari ateisme.
Mayoritas penduduk Azerbaijan memeluk agama Islam dan belajar tentang astagfirullah dengan jumlah tidak kurang dari 99,2 persen dari total penduduk menurut sensus 2014, yaitu sebanyak 9.493.600 jiwa. Sebanyak 85 persen, di antara penduduk Muslim Syiah dan sisanya adalah Muslim Sunni.
Azerbaijan Negara Toleransi Kehidupan Beragama – Sejarah
Azerbaijan merupakan wilayah United of Soviet Socialist Republics (USSR) meliputi Baltik, Eropa Timur, Kaukakus selatan, dan Asia Tengahn seluas 22.402 kilometer persegi.
Setelah USSR bubar terhitung 25 Desember 1991, di mana USSR berubah menjadi Republik Federasi Rusia yang luas wilayahnya mencapai 17.075.400 kilometer persegi.
Ilham Alijey merupakan Presiden Azerbaijan yang terpilih kembali pada pemilihan umum tanggal 15 Oktober 2008. Kepala Pemerintahannya adalah Perdana Menteri. Pada November 2003, Artur Rasizade menjadi Perdana Menteri di Negara Azerbaijan.
Asal Mula Penduduk Azerbaijan
Penduduk di negara Azerbaijan semula merupakan bangsa Albania Kaukakus. Hal ini merupakan bangsa penutur bahasa-bahasa Kaukakus yang muncul di wilayah sebelum rombongan besar, dan pada akhirnya menyerang Kaukakus.
Kerajaan pertama yang ada di Republik Azerbaijan yaitu Mannae pada abad ke-9 Masehi, berlangsung sampai 616 sebelum Masehi, pada saat itu menjadi bagian kekaisan Media.
Pada ssat Republik Federatif Demokratif Transkaukasus bubar pada Mei 1918. Selanjutnya, Azerbaijan menyatakan dirinya sebagai negara yang merdeka, dan membentuk Republik Demokrasi Azerbaijan.
Republik Demokrasi Azerbaijan merupakan negara republic yang penduduknya mayoritas menganut agama Islam pertama di dunia.
Namun, kondisi itu hanya berlangsung selama dua tahun, dari 1918 sampai 1920, sebelum tentara Merah menyerang Azerbaijan.
Pada Meret 1922, Azerbaijan bersama dengan Armenia dan Georgia menjadi bagian dari Republik Sosialis Federasi Soviet Transkaukasus dalam Uni Soviet yang baru dibentuk.
Toleransi Beragam di Azerbaijan
Setelah kemerdekaan 1991, pemerintah menetapkan kekebasan beragama dalam kontitusi negara dan memulai program untuk merenovasi dan memulihkan ratusan masjid.
“Setelah runtuhnya Uni Soviet, beberapa orang merasakan kehampaan, yang mereka upayakan untuk diisi dengan agama,” kata Profesor Aqil Shirinov dari Universitas Marmara, menjelaskan peningkatan praktik keagamaan setelah Azerbaijan memperoleh kembali kemerdekaannya.
Ketakutan di antara beberapa orang Azerbaijan bahwa peningkatan praktik keimanan dapat mengakibatkan pergeseran gagasan budaya untuk diterima atau tidak.
“Beberapa keluarga takut anak-anak mereka terlibat dalam kelompok radikal, terkadang keluarga bahkan tidak mengizinkan anak-anak mereka untuk beribadah. Orang-orang ini menganggap diri mereka sendiri sebagai Muslim, tetapi dalam praktiknya, mereka tidak sholat,” ujar dia.
Pemeliharaan agama di Azerbaijan tetap rendah dibanidngkan dengan negara mayoritas Muslim lainnya. Dalam beberapa dekade setelah Soviet pergi, penelitian Barometer Kaukasus, hanya 20 persen orang Azerbaijan yang mengambil bagian dalam ritual keagamaan secara teratur.