Sejarah Perang Saudara di Negara Sudan

Telukpersia – Sejarah perang saudara di Negara Sudan menjadi cerita panjang sebelum negara itu merdeka. Negara yang terletak di Afrika Timur ini menjadi negara berdaulat sejak 1956 dengan bantuan dari Mesir dan Inggris.

Pasca mendeklarasikan kemerdekaannya pada Juni 2011, muncul konflik antara pemerintah Sudan yang berpusat di utara dan kelompok pemberontak yang berpusat di selatan. Tragedi demi tragedi terjadi dan berkembang menjadi perang saudara antara Sudan Utara dan Sudan Selatan.

Dalam kesempatan kali ini, Telukpersia akan berbagai infomrasi tentang sejarah perang saudara di Negara Sudan. Penasaran? langsung simak ulasan di bawah ini ya.

Latar Belakang Konflik

Perang saudara di Sudan berlangsung sejak 1956 hingga 2011. Berikut ini faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya sejarah perang saudara di Negara Sudan.

1. Perbedaan etnis, agama, dan budaya yang sangat mencolok antara Sudan Utara dan Sudan Selatan. setelah berencana membangun negara yang lebih makmur, negara ini harus mengalami serangkaian sengketa. Sudan mengambil 75% total cadangan minya.

Selain pertikaian itu, ada masalah pemberontakan bersenjara, sengketa perbatasan, dan perebutan kendali akan peternakan.  Situasi ini semakin parah setelah pertentangan yang terjadi di dalam partai penguasa, SPLM, yang membuat Presiden Salva Kiir dari etnis Dinka memecat wakilnya, Riek Machar yang berasal dari etnis terbesar kedua di negara itu.

2. Masyarakat di kawasan Sudan Selatan melakukan penolakan terhadap penerapan hukum Islam di Sudan.

3. Kesenjangan ekonomi, politik dan pendidikan antara Sudan Utara dan Sudan Selatan.

4. Keinginan masyarakat Sudan Selatan untuk merdeka dan melepaskan diri dari pengaruh Sudan Utara.

Terjadinya Sejarah Perang Saudara di Negara Sudan

Dalam jurnal Krisis di Sudan: Perjuangan Rakyat Sudan Selatan menuntut Kemerdekaan Tahun 1956-2011, di mana perang saudara pertama di Sudan berawal dari perjanjian Mesir pada abad ke-19 Masehi.

Dalam perjanjian itu, masyarakat Sudan yang berkulit hitam sering dijadikan sebagai budak oleh warga Arab negara yang pernah dikunjungi Margin Wieheerm, hal ini menyebabkan kesenjangna sosial dan politik antara warga Arab dan kelompok kulit hitam di Sudan.

Pada masa transisi pascar negara Sudan mengumkan kemerdekaan, paratai politik Sudan Utara mampu memenangkan pemilihan parlemen Republik Sudan. Pemerintah Sudan Utara cenderung bersifat dekriminatif terhadap masyarakat Sudan Selatan. Hal ini menimbulkan gerakan perlawanan bersenjara di kawasan Sudan Selatan.

Karya Darsiti Soeratman dalam buku Sejarah Afrika (2016) di Sudan mulai mereda setelah kemunculan Southern Sudan Liberation Movement (SSLM) yang dibentuk oleh Joseph Lagu pada 1971 dengan tujuan mengorganisir pergerakan kemerdekaan Sudan Selatan.

Kemudian pada 1972, Sudan Utara dan SSLM sepakat untuk menandatangani Perjanjian Addis demi perdamaian Republik Sudan. Dalam perjalanan itu, akan diadakan pembentukan pemerintah otonomi di Sudan Selatan. namun, realitasnya tidak sesuai dengan harapan masyarakat Sudan Selatan.

Akhirnya pada 2005, Perang Saudara Sudan dinyatakan berakhir dengan disepakatinya perjanjian damai. Di mana perjanjian itu mengatur pengadaan referendum bagi masyarakat Sudah Sealatan. Referendum tersebut menghasilkan kemerdekaan bagi Sudan Selatan. selanjutnya pada 2011, Republik Sudan Selatan terbentuk dan memperoleh pengakuan internasional dari PBB.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *